تعليم القواعد
M a k a l a h
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pengajaran
Bahasa Arab
Dosen : Dedih Wahyudin, M.Ag.
Disusun oleh :
Kelompok VIII / PBA V-B
Nama : Moch Fauji Herdiansyah (1132030045)
Moch.
Syamsul Gani (1132030046)
Nida
Shofia Balqis (1132030055)
Rahmat
Hidayat (1132030063)
Salap
Soleh (1132030068)
Sumayyah
Khairun Nisa (1132030078)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji dan
syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab dengan judul
“ تعليم القواعد".
Sholawat beserta
salam senantiasa tercurahkan
kepada nabi Muhammad saw. Kepada keluarganya,
sahabatnya, kepada pengikutnya
yang senantiasa mencontoh
kemuliaan akhlaknya sebagai tauladan hidup.
Kami menyadari
bahwa makalah ini
masih jauh dari
sempurna. Oleh
karena, itu,
kritik dan saran
dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Bandung, 9 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Proses mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Arab
bagi orang Indonesia merupakan usaha-usaha khusus untuk membentuk dan membina
kebiasaan baru yang dilakukan secara sadar. Pada saat ini bidang pendidikan dan
pengajaran bahasa Arab di Indonesia menyaksikan kehadiran berbagai strategi,
metode, pendekatan dan yang serupa dengannya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pengajaran bahasa Arab itu sendiri.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, salah satu unsur
terpenting adalah memahami tata bahasanya yang dikenal dengan istilah qawa’id. Dalam
berbagai disiplin ilmu, istilah qawa’id telah dikenal dikalangan ulama, misalnya ada istilah qawa’id
ushuliyyah, qawa’id fiqhiyyah, qawa’id ulum al-hadits dan
yang lainnya.
Kata qawa’id
merupakan jama’ dari kata qai’dah. Secara makna leksikal, Munawwir
(2002: 1138) mengartikan dengan arti dasar, alasan, pondamen, peraturan,
kaidah. Sedangkan secara istilah, qa’idah adalah ketentuan universal
yang bersesuaian dengan bagian-bagiannya (juz-juznya) (Syafe’i, 2007:
251).
Namun dewasa ini, mayoritas para peserta didik yang belajar bahasa asing
khususnya bahasa Arab lebih mementingkan aspek kemahiran berbicara sehingga
aspek kebenaran dan ketepatan tata bahasanya kurang diperhatikan.
Dari latar belakang masalah ini, agar dapat membantu kegiatan pembelajaran
bahasa asing khususnya bahasa Arab, maka penyusun menyajikan makalah dengan
judul “تعليم القواعد”.
B.
Rumusan
Masalah
Agar
makalah ini, terarah.
Maka penyusun membatasi
dengan rumusan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian pembelajaran qawa’id?
2.
Apa tujuan pembelajaran qawa’id?
3.
Apa metode dalam pembelajaran qawa’id?
4.
Bagaimana langkah-langah pembelajaran qawa’id?
5.
Bagaimana evaluasi pembelajaran qawa’id?
6.
Apa kekurangan dan kelebihan pembelajaran qawa’id?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan di atas, tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian pembelajaran qawa’id.
2.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran qawa’id.
3.
Untuk mengetahui metode dalam pembelajaran qawa’id.
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran qawa’id.
5.
Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran qawa’id.
6.
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
pembelajaran qawa’id.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran Qawa’id
Banyak definisi para ahli menyangkut pembelajaran,
diantaranya adalah Dimyati dan Mudjiono, (1999) mengartikan pembelajaran
sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian
lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Arief. S.
Sadiman, et al., 1990). Sedangkan menurut Degeng (1993) adalah upaya untuk
membelajarkan pembelajar.
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
(Sobry Sutikno, 2007:33)
Definisi yang diberikan para ahli tentang qawa’id
atau gramatika antara lain adalah yang diungkapkan oleh Cook dan Suter (1980:1) bahwa grammar adalah :
”a set of rules by which people speak and write” atau ”written
description of the rules of language”. Definisi tersebut memberikan
pengertian bahwa qawa’id atau gramatika merupakan seperangkat aturan
yang digunakan oleh manusia dalam berbicara atau menulis, qawa’id adalah
suatu deskripsi tertulis dari aturan-aturan suatu bahasa.
Qawa’id merupakan deskripsi
dari aturan-aturan yang berlaku pada setiap bahasa. Lebih dari itu, qawa’id merupakan
suatu subsistem yang terdapat dalam organisasi bahasa dimana satuan-satuan
bermakna bergabung untuk membentuk satuan-satuan yang lebih besar. Hocket (1958:147)
memberikan defenisi lain bahwa tata bahasa atau qawa’id memuat sistem
aturan atau pola-pola yang berlaku pada suatu bahasa. Kaidah-kaidah suatu
bahasa diperoleh atas dasar analisis peneliti terhadap peristiwa-peristiwa
bahasa yang berulang-ulang. Brown (1987:341) berpendapat bahwa tata bahasa atau
qawa’id adalah suatu sistem aturan yang mempengaruhi susunan dan
hubungan konvensional kata-kata alam suatu kalimat. Pengertian ini secara
implisit menyatakan adanya unsur-unsur pembentuk kalimat yang menjadi kajian
dalam tata bahasa, yaitu tata kata dan tata kalimat.
Dari
berbagai pengertian tentang qawa’id atau tata bahasa sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya, tata bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
(1) tata kata dan (2) tata kalimat. Dalam bahasa Arab ilmu yang mengatur tata
kata disebut dengan ilmu sharf (morfology). Menurut Al-Ghalayayni (1987:9)
ilmu sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata,
termasuk di dalamnya imbuhan. Sedangkan, yang dimaksud dengan tata kalimat
dalam bahasa Arab adalah ilmu yang membahas tentang keadaan kata dalam
pembentukannya menjadi kalimat. Tata kalimat dalam bahasa Arab dikaji dalam ilmu
nahw (syntax). (Azis Fahrurrozi, 2009 : 213)
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran qawa’id adalah segala
upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam
diri siswa tentang sistem aturan atau pola-pola yang berlaku pada suatu bahasa
khususnya bahasa Arab yang mencakup tata kata dan tata kalimat.
B.
Tujuan
Pembelajaran Qawa’id
Hanomi dalam Fzil (2012) memaparkan bahwa tujuan pembelajaran qawa’id
yaitu:
1.
Untuk memelihara
lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan serta menciptakan
kebiasaan berbahasa yang benar. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Ali Ibn Abi
Thalib kepada Abul Aswad al- Duali untuk menetapkan kaidah-kaidah nahwu agar
terpeliharanya bahasa Arab dari kerusakan yang disebabkan oleh bercampurnya
dengan orang- orang asing dan terpengaruh oleh dialek mereka.
2.
Memahami posisi
kata, sehingga membantu mengantarkan kepada pemahaman yang baik terhadap makna
kata tersebut.
3.
Mengasah otak,
menajamkan perasaan dan menumbuhkan perbendaharaan bahasa siswa.
4.
Membiasakan
siswa mampu melihat dengan jeli, berfikir rasional dan sistematis, melatih
mengambil kesimpulan, menggunakan teori, agumentasi yang mengantarkan siswa
mengikuti pola induktif dalam pembelajaran qawa’id.
5.
Mengetahui
dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat, dengan merujuk pada
standar kaidah yang dipelajari, karena kaidah bahasa merupakan ilmu standar
yang menjauhkan siswa dari kesalahan dan mengingatkan ketika terjadi kesalahan.
C.
Metode
Pembelajaran Qawa’id
1.
Metode Qiyas (al-thariqah al-qiyasiyyah)
Metode ini memberikan materi pelajaran
tata bahasa yang dimulai dari hapalan kaidah, selanjutnya diikuti oleh
penjelasan tentang berbagai aspeknya dan contoh. (Acep Hermawan, 2011:126)
2.
Metode Istinbat (al-thariqah al-isthinbathiyah)
Metode ini memberikan materi pelajaran
tata bahasa yang dimulai dari contoh-contoh, selanjutnya diikuti oleh
penjelasan tentang berbagai aspeknya. Setelah itu kesimpulan kaidah. (Acep Hermawan,
2011:126)
3.
Metode Teks
Terpadu (Thariqah al-nushuush al-mutakaamilah)
Metode ini didasarkan atas teks terpadu atau utuh yang berisi satu topik .
Dalam aplikasinya peserta didik diminta membaca teks, lalu mendiskusikan
kandungannya, lalu guru menunjukan kalimat-kalimat tertentu dalam teks yang
mengandung unsur kaidah yang hendak dibelajarkan, kemudian dari beberapa
kalimat itu diambil kesimpulan dalam bentuk kaidah, dan akhirnya peserta didik
diminta untuk mengaplikasikan kaidah itu kedalam contoh-contoh kalimat baru.
4.
Metode Aktivitas (Thariqah al-Nasyaath)
Untuk tahap pertama guru meminta peserta didik. Metode ini menuntut banyak
aktifitas peserta didik untuk mengumpulkan kalimat dan struktur yang mengandung
konsep qawa’id yang hendak dipelajari dari berbagai sumber seperti koran,
majalah, atau buku. Lalu guru mengambil kesimpulan terhadap konsep qawa’id itu,
lalu menuliskannya, kemudian diaplikasikan dalam contoh-contoh lain.
5.
Metode Problem
(Thariqah al-Musykilat)
Mula-mula guru memberikan persoalan nahwu atau sharaf kepada peserta didik
yang solusinya akan ditemukan melalui kaidah baru.
D.
Langkah-langkah
Pembelajaran Qawa’id
Rosyidin (2006: 69) meutip metode Herbart yang menyebutkan lima tingkatan
dalam mengajarkan nahwu, yaitu:
1.
Pendahuluan
Dalam fase ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang telah lalu yang berhubungan dengan pelajaran baru. Dengan kata lain pengetahuan yang telah dimiliki siswa di jadikan dasar untuk pelajaran selanjutnya yang belum mereka kuasai.
Dalam fase ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang telah lalu yang berhubungan dengan pelajaran baru. Dengan kata lain pengetahuan yang telah dimiliki siswa di jadikan dasar untuk pelajaran selanjutnya yang belum mereka kuasai.
2.
Memperlihatkan
contoh-contoh.
Contoh yang diambilkan dari al-Qur’an atau al-Hadits atau ungkapan
sederhana itu ditulis di papan tulis, lalu guru menyuruh membaca dan
memahaminya, hendaklah diberi garis bawah pada kata-kata yang perlu diberi
harakat secukupnya.
3.
Memperbandingkan
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh tersebut. Satu demi satu, mana saja yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya, dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama dari kaidah tersebut.
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh tersebut. Satu demi satu, mana saja yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya, dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama dari kaidah tersebut.
4.
Mengambil
kesimpulan.
Setelah selesai memperbandingkan dan mengetahui sifat-sifat yang ada
persamaannya atau perbedaannya dalam misal itu, maka dapatlah guru bersama
siswa mengambil kesimpulan kaidah tadi dengan memberikan nama istilahnya.
Kemudian guru menuliskan kaidah itu di papan tulis dan menyuruh salah seorang
murid membacanya.
5.
Tatbiq
Setelah siswa mengetahui pokok kaidah, haruslah siswa tersebut diberi latihan sesuai dengan kaidah tersebut. Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Setelah siswa mengetahui pokok kaidah, haruslah siswa tersebut diberi latihan sesuai dengan kaidah tersebut. Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Guru
memperlihatkan beberapa kalimat yang sempurna, lalu para siswa disuruh
menerangkan mana yang berhubungan dengan kaidah yang telah dipelajari.
b.
Guru
memperlihatkan kalimat-kalimat yang tidak sempurna hanya titik saja, lalu siswa
disuruh mengisinya.
c.
Guru memberikan
kata-kata, lalu siswa disuruh menyusun kalimat sempurna dari kata-kata itu
sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
d.
Guru menyuruh
siswa membuat kalimat-kalimat yag sempurna dari kalangan siswa sendiri sesuai
dengan kaidah tersebut.
e.
Supaya siswa
terangsang hendaklah guru bisa menggabungkan dengan materi lain.
E.
Evaluasi
Pembelajaran Qawa’id
Al-Khuli (1986: 157) menjelaskan bahwa evaluasi bahasa itu bertujuan untuk
mengukur berbagai macam kemahiran, diantaranya adalah kemahiran dalam qawa’id.
Menurut al-Khuli, evaluasi qawa’id dilakukan dengan cara siswa diuji
untuk memahami struktur dan pembentukan bahasa Arab. Al-Khuli (1986: 158-159)
menyebutkan 10 model evaluasi dalam pembelajaran qawa’id, yaitu sebagai
berikut:
1.
Menyesuaikan Sighah
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyesuaikan sighah pada
kalimat yang ada di dalam kurung yang sesuai dengan jumlah. Contohnya:
(يأتى) الولد أمسِ
(يأتى) الولد أمسِ
2.
Mengisi tempat
yang kosong.
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyimpan kalimat yang sesuai pada tempat
yang kosong.
Contohnya:
____ يتعلم احمد
____ يتعلم احمد
3.
Menggabungkan
Evaluasi ini menuntut siswa untuk menggabungkan dua jumlah menjadi satu
jumlah.
4.
Menyingkap
kesalahan
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menggaris bawahi pada tulisan yang salah
kemudian membenarkan jumlah yang benarnya. Contoh:
كان فاطمة جالسة (كانت)
كان فاطمة جالسة (كانت)
5.
Melengkapi
jumlah
Contohnya:
المسلم قبل الصلاة________
المسلم قبل الصلاة________
6.
I’rab,
misalnya: i’rabkanlah jumlah berikut atau i’rabkanlah kata yang digaris bawahi.
يكتب الولد الدرس
7.
Memindahkan atau merubah kalimat, contohnya: ubahlah
jumlah ini dari madhi menjadi mudhare’, dari mufrad
menjadi jama’, dari mutakallim menjadi mukhathab, dari mutsanna
menjadi mufrad, atau dari mudzakkar menjadi muannats, atau
dari mabni ma’lum menjadi mabni majhul.
8.
Menguji dari
beberapa pilihan, misalnya:
pilihlah jawaban yang benar berikut ini:
الولد يكتب الدرس. الولد هو.......
فاعل.مفعول به ج.مبتدأ
د. ب أ.خبر
9.
Menggantikan,
contohnya: simpanlah kalimat berikut dengan cara menggantikan kalimat yang
sesuai pada jumlah atau paragraph berikut:
الولد كتب الدرس
الولد كتب الدرس
(الولدان)
10.
Mengulangi
susunan kalimat
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyusun kalimat sehingga menjadi
suatu jumlah.
Contohnya:
أباه – في – البيت – وجد – الطفل
أباه – في – البيت – وجد – الطفل
F.
Kekurangan
dan Kelebihan Pembelajaran Qawa’id
Kelebihan pengajaran Qawa’id ini
antara lain, adalah:
a.
Siswa terbiasa
menghafal kaidah-kaidah tata bahasa arab yang sangat diperlukan untuk mampu
bercakap-cakap dalam bahasa arab yang benar dan mampu menulis dengan betul.
b.
Melatih mental
disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.
c.
Bagi guru terlalu
sulit menerangkan pembelajaran ini, karena kemampuan kecakapan tidak
diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika ( tata bahasa)
yang baik, pengajaran dapat dilaksanakan.
Kekurangan pengajaran Qowa’id,
adalah :
a.
Secara didaktis
dan psikologi pengajaran ini bertentangan dengan kenyataan, pengetahuan bahasa
seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran tata bahasa terlebih dahulu.
Tapi melalui peniruan ucapan atau percakapan.
b.
Penguasaan tata bahasa tidak dengan sendirinya menguasai percakapan. Membosankan atau jenuh terutama apabila guru tidak dapat
menyajikan pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran qawa’id adalah segala upaya
yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa tentang sistem aturan atau pola-pola yang berlaku pada suatu bahasa
khususnya bahasa Arab yang mencakup tata kata dan tata kalimat.
Hanomi dalam Fzil (2012) memaparkan
bahwa tujuan pembelajaran qawa’id yaitu: (1) untuk memelihara lisan dari kesalahan
dan memelihara tulisan dari kekeliruan, (2) memahami posisi kata, (3)
mengasah otak, (4)
membiasakan
siswa mampu melihat dengan jeli, (5) mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat.
Adapun metode dalam pembelajaran qawa’id adalah sebagai berikut : (1) metode qiyas (al-thariqah
al-qiyasiyyah), (2) metode istinbat (al-thariqah al-isthinbathiyah),
(3) metode teks terpadu (thariqah al-nushuush al-mutakaamilah), (4) metode Aktivitas (thariqah al-nasyaath), (5) metode problem (thariqah al-musykilat).
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran qawa’id : Rosyidin (2006: 69) mengutip metode Herbart yang menyebutkan
lima tingkatan dalam mengajarkan nahwu, yaitu: 1) pendahuluan, 2) memperlihatkan contoh-contoh, 3) memperbandingkan, 4) mengambil kesimpulan, 5) tatbiq.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno,
Sobry. 2007, Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Prospect.
Hermawan,
Acep. 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fahrurrozi,
Azis dan Erta Mahyudin. 2009, Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Departemen
Agama Republik Indonesia
http://megainfo92.blogspot.co.id/2013/12/metode-pembelajaran-qowaid-bahasa-arab.html
http://penerbit.insanrabbani.com/metode-pembelajaran-qawaid/
Mitra Penerjemah | Jasa penerjemah tersumpah di jakarta
BalasHapusMerupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang jasa dan kami berdiri sejak tahun 2005
Kami melayani translation:
-CV
-Jurnal
-Abstrak
-Legalisasi dokumen
-Tugas Sekolah/Kuliah
-Esai/Karangan
-Dokumen penting (KK/KTP/Akta Kelahiran/Akta Tanah)
Kami juga menyediakan jasa: -SWORN TRANSLATOR resmi untuk kebutuhan pembuatan visa atau kedutaan.
File dapat dikirim melalui email:mitrapenerjemah@yahoo.com
Kontak Kami Alamat:
Jl. Olahraga 1 no.33B, Condet Raya-Jakarta Timur
Phone. 021-50448230 – 082123532858 (Whatsapp)
website kami: www.mitrapenerjemah.com
Makasih banyak kaka..
BalasHapusterimakasih sangat membentu, sudah lama saya mencari artikel ini untuk bahan skipsi.sukronnn
BalasHapusDengan banyaknya yang menyukai burung lovebird, harga jual burung ini pun sangat tinggi dan meningkat, seiring dengan berjalannya waktu. Sehingga wajar, bila para peternak burung berlomba-lomba membudidayakan burung lovebird agar meraup banyak keuntungan. Namun hal yang banyak terjadi, dalam proses budidaya/beternak burung lovebird, Kita sering mengalami kegagalan untuk mengawinkan keduanya (jantan dan betina). Alasannya cukup simpel, tidak sedikit burung. Masih berkaitan Jika menggunakan cabai bubuk korea warnanya akan jauh lebih merah dan jika menggunakan cabai lokal warnanya tidak secerah cabai korea tapi rasanya lebih mantap.
BalasHapusMasmuka Artinya Cara Mengobati Penyakit Mata (Snot) Pada Lovebird Ufa Bunga SMartphone