RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
M a k a l a h
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen : Dr. H. Abdul Kodir, M.Ag/Yaya Sunarya, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok II / PBA V-B
Nama : Moh. Nuris Fauzi (1132030047)
Nida
Shofia Balqis (1132030055)
Salap
Soleh (1132030068)
Siti
Aisyah (1132030070)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji dan
syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Filsafat Ilmu
dengan judul “Ruang Lingkup Filsafat Ilmu".
Sholawat beserta
salam senantiasa tercurahkan
kepada nabi Muhammad saw. Kepada keluarganya,
sahabatnya, kepada pengikutnya
yang senantiasa mencontoh
kemuliaan akhlaknya sebagai tauladan hidup.
Kami menyadari
bahwa makalah ini
masih jauh dari
sempurna. Oleh
karena, itu,
kritik dan saran
dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Bandung, 30 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Filsafat llmu ( Philosophy of Science) di luar negri
telah mencapai taraf perkembangan yang sangat luas dan sungguh mendalam.
Tampaknya di Indonesia bidang pengetahuan ini juga mulai mendapat perhatian
agak besar. Berbagai perguruan tinggi kini telah memberikan mata kuliah
filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang berusaha
mencerminkan segala sesuatu secara dasar dengan berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan,
landasan dan hubungan dari segala segi kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan penerus dalam pengembangan filsafat pengetahuan, itu disebabkan
pengetahuan tidak lain adalah tingkatan yang paling tinggi dalam perangkat
pengetahuan manusia.
Ilmu
merupakan suatu perwujudan kebudayaan manusiawi yang mengacu pada aktivitas,
metode, dan pengetahuan serta mempunyai dimensi dan sebuah struktur tertentu
yang membedakannya dari suatu jenis pengetahuan lainnya.
Oleh karena itu
mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu pengetauan untuk lebih mengerti,
memahami dan dapat memanfaatkan ilmu untuk kebaikan diri sendiri, orang lain,
alam semesta terutama untuk Allah swt.
B.
Rumusan Masalah
Agar
makalah ini, terarah.
Maka penyusun membatasi
dengan rumusan sebagai berikut:
1.
Apa komponen filsafat ilmu?
2.
Apa objek filsafat ilmu?
3.
Apa metode mempelajari filsafat?
4.
Apa tujuan filsafat ilmu?
5.
Apa fungsi filsafat ilmu?
C.
Tujuan Penulisan
Dari rumusan di atas, tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui komponen filsafat ilmu.
2.
Untuk mengetahui objek filsafat ilmu.
3.
Untuk mengetahui metode mempelajari filsafat.
4.
Untuk mengetahui tujuan filsafat ilmu.
5.
Untuk mengetahui fungsi filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komponen Filsafat ilmu
Filsafat ilmu dewasa ini telah berkembang begitu
pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan mendalam.
Bidang
garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being,
dan Logos berarti logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua
being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi
berasal dari kata ontos yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu tentang wujud,
tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada alam nyata
tetapi berdasarkan pada logika semata.
Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan
jujun mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh
kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
yang ada. Sidi Gazalba mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan
keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat,
hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan
tentang tuhan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk
jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.
Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi
dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud
sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah
cabang filsafat yang membicarakann prinsip yang paling dasar atau dalam dari
segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi tiga yaitu
kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi (membicarakan tentang
jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
2. Epistemologi
Epistemologi atau
teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta
pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa
dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya.
Mereka mengandaliakan begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu
mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyarankan bahwa pengetahuan
mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu
ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui
akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,
di antaranya adalah:
a. Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan
yang lebih umum.
b. Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan
bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan
logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan bentuk logis itu bertujuan
apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c. Metode
Positivisme
Metode ini
dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang
telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau
persoalan di luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif
adalah segala yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam
bidang filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja.
d. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan
adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya dikembangkan
suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
e. Metode Dialektis
Dalam filsafat,
dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan
kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang
ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios
yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah
“teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian
yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi
keindahan), dan sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S.
Suriansumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation yaitu nilai
yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai sebagai benda konkret, dan
nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai dan
dinilai.
Dari definisi di
atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu
pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika“
dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi
baik dan tidak baik dalam suatu kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan
nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
B.
Objek Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan
bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek yaitu objek material
dan objek formal.
1.
Objek Material
Filsafat Ilmu
Objek Material filsafat ilmu
yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan
atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.
Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1) Ada yang
bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2) Ada yang
bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak yang
terdiri dari manusia dan alam.
2.
Objek Formal Filsafat
Ilmu
Objek formal adalah
sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu
pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap
problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
C.
Metode
Mempelajari Filsafat
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa metode
mempelajari filsafat ada tiga, yaitu:
1. Metode
Sistematis
Belajar dengan metode sistematis, dimulai dengan banyak membaca buku
filsafat, memahami pengertiannya, objek yang dikaji, sistematika filsafat,
makna ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Sekadar menghafal istilah-istilah
yang disajikan filsafat dan memahami berbagai batasannya secara kognitif sudah
cukup baik.
2. Metode Historis
Belajar dengan metode historis adalah mempelajari sejarah filsafat, seluk-beluk,
dan kelahirannya. Filsafat di Yunani dan Barat, filsafat di dunia dan di
kalangan filosof Muslim, filsafat Kristiani, dan semua yang berbau sejarah
dipelajari mendalam. Mempelajari tokoh demi tokoh, pikiran-pikirannya, para
pengikutnya, pengaruh filsafatnya terhadap dunia pemikiran dan ilmu
pengetahuan, dan biografi para filosof hingga cerita keatiannya. Semua digali
dengan seserius mungkin, apa yang terjadi dengan filsafat klasik; bagaimana
filsafat dewasa ini. Semua yang berbau sejarah dikumpulkan, dibaca, dihapalkan,
dipahami, dan jika mampu dianalisis.
3. Metode Kritis
Metode ini
untuk yang tingkat tinggi. Yang dapat dilakukan “untuk lebih hebat” dua metode
di atas sudah dilewati. Bagaimana mau mengkritisi, jika sejarah filsafat tidak
tahu, atau pengertian ontology saja belum hafal. Metode kritis sudah mulai
melibatkan penalaran yang kontemplatif dan radikal, bahkan pemikiran para
filosof bukan sekedar difahami, melainkan dikritisi.
D.
Tujuan Filsafat Ilmu
Di
tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak
terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan
adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan
bersama.
Filsafat
ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang
mengandung manfaat sebagai berikut:
a. Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap
kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu merupakan
usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab
kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur
ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan
sebaliknya.
c. Filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
E.
Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu
merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan,
yakni :
1.
Sebagai alat
mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
- Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
- Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
- Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan
- Menjadi
sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Sedangkan
Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin
ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory
theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis
dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan
berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
BAB III
PENUTUP
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen
yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga
macam yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan
bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek yaitu objek material
dan objek formal.
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa metode
mempelajari filsafat ada tiga, yaitu (1) metode sistematis, (2) metode
historis, (3) metode kritis.
Filsafat
ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang
mengandung manfaat sebagai berikut:
a. Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap
kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu merupakan
usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab
kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur
ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan
sebaliknya.
c.
Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan
filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. 2012, Filsafat
Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Gie, The Liang. 2007, Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Saebani, Beni Ahmad. 2009, Filsafat
Ilmu. Bandung: CV Pustaka Setia
http://arfiasta.wordpress.com/konsep-dasar-filsafat-ilmu/24-10-2012
http://www.winkplace.com.filsafat-ilmu-ruang-lingkup-dan.html.02-11-2012
thanks blog nya ;)..
BalasHapus
BalasHapusjumlah halaman artikel ini berapa ya?
not secure
BalasHapusijin copas ya kak
BalasHapus